Breaking News

Kisah Mesum Lesbian Dengan Tetangga Komplek

Kisah Mesum Lesbian Dengan Tetangga Komplek


Cerita Lesbian - Karena daerah perumahan tersebut masih baru maka jumlah keluarga yang menempati rumah di situ masih relatif sedikit tetapi khusus untuk blok daerah rumah saya sudah lumayan banyak dan ramai. Ratarata keluarga kecil seperti keluarga saya juga yaitu yang sudah masuk generasi Keluarga Berencana, ratarata hanya mempunyai dua anak tetapi ada juga yang hanya satu anak saja.

Sudah seperti biasanya bila kita menempati daerah perumahan baru, saya dengan sengaja berusaha untuk banyak bergaul dengan para tetangga bahkan juga dengan tetanggatetangga di blok yang lain. Dari hasil bergaul tersebut timbul kesepakatan di antara ibuibu di blok daerah rumahku untuk mengadakan arisan sekali dalam sebulan dan diadakan bergiliran di setiap rumah pesertanya.

dimulai ketika sedang berlangsung acara arisan tersebut di sebuah rumah yang berada di deretan depan rumahku, pemilik rumah tersebut biasa dipanggil Bu Marni (bukan nama sebenarnya) dan sudah lebih dulu satu tahun tinggal di daerah perumahan ini daripada saya. Bu Marni bisa dibilang ramah, banyak ngomongnya dan senang bercanda dan sampai saat tulisan ini aku buat dia baru mempunyai satu anak, perempuan, berusia 8 tahun walaupun usia rumah tangganya sudah 10 tahun sedangkan aku sudah 30 tahun. Aku menikah ketika masih berusia 22 tahun. Suaminya bekerja di sebuah perusahaan swasta dan kehidupannya juga bisa dibilang kecukupan.

Setelah acara arisan selesai saya masih tetap asyik ngobrol dengan Bu Marni karena tertarik dengan keramahan dan banyak omongnya itu sekalipun ibuibu yang lain sudah pulang semua. Dia kemudian bertanya tentang keluargaku, Jeng Mar. Putraputranya itu sudah umur berapa, sih, kok sudah dewasadewasa, ya? (Jeng Mar adalah nama panggilanku tetapi bukan sebenarnya) tanya Bu Marni kepadaku.

Kalau yang pertama 18 tahun dan yang paling ragil itu 14 tahun. Cuma yaitu Bu, nakalnya wah, wah, waa.. Aah benarbenar, deh. Saya, tuh, suka capek marahinnya.

Lho, ya, namanya juga anak lakilaki. Ya, biasalah, Jeng.
Lebih nikmat situ, ya. Anak cuma satu dan perempuan lagi. Nggak bengal.
Ah, siapa bilang Jeng Mar. Sama kok. Cuma yaitu, saya dari dulu, ya, cuma satu saja. Sebetulnya saya ingin punya satu lagi, deh. Ya, seperti situ.
Lho, mbok ya bilang saja sama suaminya. ee.. siapa tahu ada rejeki, si putri tunggalnya itu bisa punya adik. Situ juga sama suaminya kan masih samasama muda.

Ya, itulah Jeng. Papanya itu lho, suka susah. Dulu, ya, waktu kami mau mulai berumah tangga sepakat untuk punya dua saja. Ya, itungitung mengikuti program pemerintah, toh, Jeng. Tapi nggak tahu lah papanya tuh. Kayaknya sekarang malah tambah asik saja sama kerjaannya. Terlalu sering capek.
O, itu toh. Ya, mbok diberi tahu saja kalau sewaktuwaktu punya perhatian sama keluarga. Kan yang namanya kerja itu juga butuh istirahat. Mbok dirayu lah gitu.

Wah, sudah dari dulu Jeng. Tapi, ya, tetap susah saja, tuh. Sebenernya ini, lho, Jeng Mar. Eh, maaf, ya, Jeng kalo saya omongin. Tapi Jeng Mar tentunya juga tau dong masalah suamiistri kan.
Ya, memang. Ya, orangorang yang sudah seperti kita ini masalahnya sudah macemmacem, toh, Bu. Sebenarnya Bu Marni ini ada masalah apa, toh?
Ya, begini Jeng, suami saya itu kalo bergaul sama saya suka cepetcepet mau rampung saja, lho. Padahal yang namanya istri seperti kitakita ini kan juga ingin membutuhkan kenikmatan yang lebih lama, toh, Jeng.
O, itu, toh. Mungkin situ kurang lama merayunya. Mungkin suaminya butuh variasi atau model yang agak macemmacem, gitu.
Ya, seperti apa ya, Jeng. Dia itu kalo lagi mau, yang langsung saja. Saya seringnya nggak dirangsang apaapa. Kalo Jeng Mar, gimana, toh? Eh, maaf lho, Jeng.

Kalo saya dan suami saya itu saling rayumerayu dulu. Kalo suami saya yang mulai duluan, ya, dia biasanya ngajak bercanda dulu dan akhirnya menjurus yang ke pornoporno gitulah. Sama seperti saya juga kalau misalnya saya yang mau duluan.Terus apa cuma gitu saja, Jeng.
O, ya tidak. Kalo saya yang merayu, biasanya punya suami saya itu saya pegangpegang. Ukurannya besar dan panjang, lho. Terus untuk lebih menggairahkannya, ya, punyanya itu saya enyot dengan mulut saya. Saya isepisep.
ii.. Iih. Jeng Mar, ih. Apa nggak jijik, tuh? Saya saja membayangkannya juga sudah geli. Hii..
Ya, dulu waktu pertama kali, ya, jijik juga, sih. Tetapi suami saya itu selalu rajin, kok, membersihkan gituannya, jadi ya lamalama buat saya nikmat juga. Soalnya ukurannya itu, sih, yang lumayan besar. Saya sendiri suka gampang terangsang kalo lagi ngeliat. Mungkin situ juga kalo ngeliat, wah pasti kepengen, deh.

Ih, saya belon pernah, tuh, Jeng. Lalu kalo suaminya duluan yang mulai begimana?
Saya ditelanjangi sampai polos sama sekali. Dia paling suka meremaremas payudara saya dan juga menjilati putingnya dan kadang lagaknya seperti bayi yang sedang mengenyot susu., kataku sambil ketawa dan tampak Bu Marni juga tertawa.
Habis itu badan saya dijilati dan dia juga paling suka menjilati kepunyaan saya. Rasanya buat saya, ya, nikmat juga dan biasanya saya semakin terangsang untuk begituan. Dia juga pernah bilang sama saya kalo punya saya itu semakin nikmat dan saya disuruh meliara baikbaik.
Ah, tapi untuk yang begituan itu saya dan suami saya sama sekali belum pernah, lho, Jeng. Tapi mungkin ada baiknya untuk dicoba juga, ya, Jeng. Tapi tadi itu masalah yang situ dijilatin punyanya. Rasa enaknya seperti apa, sih, Jeng.
Wah, Bu Marni ini, kok, seperti kurang pergaulan saja, toh.
Lho, terus terang Jeng. Memang saya belon pernah, kok.
Ya, geligeli begitulah. Susah juga untuk dijelasin kalo belum pernah merasakan sendiri. Lalu kami berdua tertawa.
Setelah berhenti tertawa, aku bertanya, Bu Marni mau tau rasanya kalau gituannya dijilati?
Yah, nanti saya rayu, deh, suami saya. Mungkin nikmat juga ya. Ucapnya sambil tersenyum.
Apa perlu saya dulu yang coba?, tanyaku sambil bercanda dan tersenyum.
Hush!! Jeng Mar ini adaada saja, ah, sambil tertawa.
Ya, biar tidak kaget ketika dengan suaminya nanti. Kita kan juga samasama wanita.

Wah, kayak lesbian saja. Nanti saya jadi ketagihan, lho. Malah takutnya lebih senang sama situ daripada sama suami saya sendiri. Ih! Malu akh., sambil tertawa.
Atau kalo nggak mau gitu, nanti saya kasih tau gimana membuat penampilan bulu gituannya biar suaminya situ tertarik. Kadangkadang bentuk dan penataannya juga mempengaruhi rangsangan suami, lho, Bu Marni.
Ah, Jeng ini.
Ee! Betul, lho. Mungkin bentuk bulubulu gituannya Bu Marni penampilannya kurang merangsang. Kalo boleh saya lihat sebentar gimana?

Wah, ya, gimana ya. Tapii.. ya boleh, deh. Eh, tapi saya juga boleh liat donk punyanya situ. Samasama donk, kan kata Jeng tadi kita ini samasama wanita.Ya, kan saya cuma mau bantu situ supaya bisa usaha untuk punya anak lagi.Kalo gitu kita ke kamar saja, deh. Suami saya juga biasanya pulang malam. Yuk, Jeng.
Langsung kita berdua ke kamar Bu Marni. Kamarnya cukup tertata rapi, tempat tidurnya cukup besar dan dengan kasur busa. Di dindingnya ada tergantung beberapa foto Bu Marni dan suaminya dan ada juga foto sekeluarga dengan anaknya yang masih semata wayang. Saya kemudian ke luar sebentar untuk telepon ke rumah kalau pulangnya agak telat karena ada urusan dengan perkumpulan ibuibu dan kebetulan yang menerima suamiku sendiri dan ternyata dia setuju saja.
Setelah kita berdua di kamar, Bu Marni bertanya kepadaku, Bagaimana Jeng? Kirakira siap?
Ayolah. Apa sebaiknya kita langsung telanjang bulat saja?
OK, deh., jawab Bu Marni dengan agak tersenyum malu.

Akhirnya kita berdua mulai melepas pakaian satupersatu dan akhirnya polos lah semua. Bulu kemaluan Bu Marni cukup lebat juga hanya bentuknya keriting dan menyebar, tidak seperti miliku yang lurus dan tertata dengan bentuk segitiga ke arah bawah. Lalu aku menyentuh payudaranya yang agak bulat tetapi tidak terlalu besar, Lumayan juga, lho, Bu. Lalu Bu Marni pun langsung memegang payudaraku juga sambil berkata, Sama juga seperti punya Jeng. Aku pun minta ijin untuk mengulum kedua payudaranya dan dia langsung menyanggupi.

Kujilati kedua putingnya yang berwarna agak kecoklatcoklatan tetapi lumayan nikmat juga. Lalu kujilati secara keseluruhan payudaranya. Bu Marni nampak terangsang dan napasnya mulai memburu. Enak juga, ya, Jeng. Boleh punya Jeng saya coba juga?Silakan saja., ijinku. Lalu Bu Marni pun melakukannya dan tampak sekali kalau dia masih sangat kaku dalam soal seks, jilatan dan kulumannya masih terasa kaku dan kurang begitu merangsang. Tetapi lumayanlah, dengan cara seperti ini aku secara tidak langsung sudah menolong dia untuk bisa mendapatkan anak lagi.

Setelah selesai saling menjilati payudara, kami berdua dudukduduk di atas tempat tidur berkasur busa yang cukup empuk. Aku kemudian memohon Bu Marni untuk melihat liang kewanitaannya lebih jelas, Bu Marni. Boleh nggak saya liat gituannya? Kok bulubulunya agak keriting. Tidak seperti milik saya, luruslurus dan lembut. Dengan agak malu Bu Marni membolehkan, Yaa.. silakan saja, deh, Jeng. Aku menyuruh dia, Rebahin saja badannya terus tolong kangkangin kakinya yang lebar. Begitu dia lakukan semuanya terlihatlah daging kemaluannya yang memerah segar dengan bibirnya yang sudah agak keluar dikelilingi oleh bulu yang cukup lebat dan keriting. mm.. Cukup merangsang juga penampilannya.

Kudekatkan wajahku ke liang kewanitaannya lalu kukatakan kepada Bu Marni bahwa bentuk kemaluannya sudah cukup merangsang hanya saja akan lebih indah pemandangannya bila bulunya sering disisir agar semakin lurus dan rapi seperti milikku. Lalu kusentuhsentuh daging kemaluannya dengan tanganku, empuk dan tampak cukup terpelihara baik, bersih dan tidak ada bau apaapa. Nampak dia agak kegelian ketika sentuhan tanganku mendarat di permukaan alat kelaminnya dan dia mengeluh lirih, Aduh, geli, lho, Jeng.
Apa lagi kalo dijilat, Bu Marni. Nikmat, deh. Boleh saya coba?
Aduh, gimana, ya, Jeng. Saya masih jijik, sih.
Makanya dicoba., kataku sambil kuelus salah satu pahanya.
mm.. Ya, silakan, deh, Jeng. Tapi saya tutup mata saja, ah.
Lalu kucium bibir kemaluannya sekali, chuph!! aa.. Aah., Bu Marni mengerang dan agak mengangkat badannya. Lalu kutanya, Kenapa? Sakit, ya? Dia menjawab, Geli sekali. Saya teruskan, ya? Bu Marni pun hanya mengangguk sambil tersenyum. Kuciumi lagi bibir kemaluannya berkalikali dan rasa geli yang dia rasakan membuat kedua kakinya bergerakgerak tetapi kupegangi kedua pangkal pahanya eraterat. Badannya bergerinjalgerinjal, pantatnya naik turun. Uh! Pemandangan yang lucu sekali, aku pun sempat ketawa melihatnya. Saya keluarkan lidah dan saya sentuhkan ujungnya ke bibir kemaluannya berkalikali. Oh! Aku semakin terbawa napsu. Kujilati keseluruhan permukaan memeknya, gerakanku semakin cepat dan ganas. Oh, Bu Marni, memekmu nikmaa..aat sekali.

Aku sudah tak ingat apaapa lagi. Semua terkonsentrasi pada pekerjaan menjilati liang kewanitaan Bu Marni. Emm.., Enak sekali. Terus kujilati dengan penuh napsu. Pinggir ke tengah dan gerakan melingkar. Kumasukan lidahku ke dalam celah bibir kemaluannya yang sudah mulai membuka. Ouw! Hangat sekali dan cairannya mulai keluar dan terasa agak asin dan baunya yang khas mulai menyengat ke dalam lubang hidungku. Tapi aku tak peduli, yang penting rasa kemaluan Bu Marni semakin lezat apalagi dibumbui dengan cairan yang keluar semakin banyak. Kuoleskan ke seluruh permukaan kemaluannya dengan lidahku. Jilatanku semakin licin dan seolaholah semua makanan yang ku makan pada saat acara arisan tadi rasanya tidak ada apaapanya. Badan Bu Marni bergerinjal semakin hebat begitu juga pantatnya naikturun dengan drastis. Dia mengerang lirih, aa.. Ah, ee.. Eekh, ee.. Eekh, Jee.. Eeng, auw, oo.. Ooh. Emm.. Mmh. Hah, hah, hah,.. Hah. Dan saat mencapai klimaks dia merintih, aa.., aa.., aa.., aa.., aah, Cairan kewanitaannya keluar agak banyak dan deras. OK, nampaknya Bu Marni sudah mencapai titik puncaknya.
Tampak Bu Marni telentang lemas dan aku tanya, Bagaimana? Enak? Ada rasa puas? Lumayan nikmat, Jeng. Situ nggak jijik, ya.
Kan sudah biasa juga sama suami. Kemudian aku bertanya sembari bercanda, Situ mau coba punya saya juga?
Ah, Jeng ini. Jijik kan., sembari ketawa.
Yaa.. Mungkin belon dicoba. Punya saya selalu bersih, kok. Kan suami saya selalu mengingatkan saya untuk memeliharanya. Kemudian Bu Marni agak berpikir, mungkin raguragu antara mau atau tidak. Lalu, Boleh, deh, Jeng. Tapi saya pelanpelan saja, ah. Nggak berani lamalama.
Ya, ndak apaapa. Kan katanya situ belum biasa. Betul? Mau coba? tantangku sembari senyum. Lalu dia cuma mengangguk. Kemudian aku menelentangkan badanku dan langsung kukangkangkan kedua kakiku agar terlihat liang kewanitaanku yang masih indah bentuknya. Tampak Bu Marni mulai mendekatkan wajahnya ke liang kewanitaanku lalu berkata, Wah, Jeng bulubulunya lurus, lemas dan teratur. Pantes suaminya selalu bergairah. Aku hanya tertawa.
Tak lama kemudian aku rasakan sesuatu yang agak basah menyentuh kemaluanku. Kepalaku aku angkat dan terlihat Bu Marni mulai berani menyentuhnyentuhkan ujung lidahnya ke liang kewanitaanku. Kuberi dia semangat, Terus, terus, Bu. Saya merasa nikmat, kok. Dia hanya memandangku dan tersenyum. Kurebahkan lagi seluruh tubuhku dan kurasakan semakin luas penampang lidah Bu Marni menjilati liang kewanitaan saya. Oh! Aku mulai terangsang. Emm.. Mmh. Bu Marni sudah mulai berani. oo.. Ooh nikmat sekali. Sedaa.. Aap. Terasa semakin lincah gerakan lidahnya, aku angkat kepalaku dan kulihat Bu Marni sudah mulai tenggelam dalam kenikmatan, rupanya rasa jijik sudah mulai sirna. Gerakan lidahnya masih terasa kaku, tetapi ini sudah merupakan perkembangan. Syukurlah. Mudahmudahan dia bisa bercumbu lebih hebat dengan suaminya nanti.

Lamakelamaan semakin nikmat. Aku merintih nikmat, Emm.. Mmh. Ouw. aa.. Aah, aa.. Aah. uu.. uuh. te.. te.. Rus teruu..uus. Bibir kemaluanku terasa dikulum oleh bibir mulut Bu Marni. Terasa dia menciumi kemaluanku dengan bernafsu. Emm.. Mmh, enaknya. Untuk lebih nikmat Bu Marni kusuruh, Pegang dan eluselus paha saya. Enak sekali Bu. Dengan spontan kedua tangannya langsung mengayunkan elusannya di pahaku. Dia mainkan sampai pangkal paha. Bukan main! Sudah sama layaknya aku main dengan suamiku sendiri. Terlihat Bu Marni sudah betulbetul asyik dan sibuk menjilati liang kewanitaanku. Gerakan ke atas ke bawah melingkar ke seluruh liang kewanitaanku. Seolaholah dia sudah mulai terlatih.

Kemudian aku suruh dia untuk menyisipkan lidahnya ke dalam liang kewanitaanku. Dahinya agak berkerut tetapi dicobanya juga dengan menekan lidahnya ke lubang di antara bibir kemaluan saya. Aaa.. Aakh! Nikmat sekali. Aku mulai naik untuk mencapai klimaks. Kedua tangannya terus mengelus kedua pahaku tanpa henti. Aku mulai naik dan terasa lubang kemaluanku semakin hangat, mungkin lendir kemaluanku sudah banyak yang keluar. Akhirnya aku pun mencapai klimaks dan aku merintih, aa.. Aah, uuh. Sialan Bu Marni tampaknya masih asyik menjilati sedangkan badanku sudah mulai lemas dan lelah. Bu Marni pun bertanya karena gerak kaki dan badanku berhenti, Gimana, Jeng? Aku berkata lirih sambil senyum kepadanya, Jempolan. Sekarang Bu Marni sudah mulai pinter. Dia hanya tersenyum.
Aku tanya kembali, Bagaimana? Situ masih jijik nggak?
Sedikit, kok., jawabnya sembari tertawa, dan akupun ikut tertawa geli.
Begitulah Bu Marni. Mudahmudahan bisa dilanjutkan lebih mesra lagi dengan suaminya, tetapi jangan bilang, lho, dari saya.
oo.., ya, ndak, toh, Jeng. Saya kan juga malu. Nanti semua orang tahu bagaimana?Sekarang yang penting berusaha agar putrinya bisa punya adik. Kasihan, lho, mungkin sejak dulu dia mengharapkan seorang adik.
Ya, mudahmudahan lah, Jeng. Rejeki akan segera datang. Eh! Ngomongngomong, Jeng mau nggak kalo kapankapan kita bersama kayak tadi lagi?
Naa.., ya, sudah mulai ketagihan, deh. Yaa, itu terserah situ saja. Tapi saya nggak tanggung jawab, lho, kalo situ lantas bisa jadi lesbian juga. Saya kan cuma kasih contoh saja., jawabku sembari mengangkat bahu dan Bu Marni hanya tersenyum.

Kemudian aku cepatcepat berpakaian karena ingin segera sampai di rumah, khawatir suamiku curiga dan berprasangka yang tidaktidak. Waktu aku pamit, Bu Marni masih dalam keadaan telanjang bulat berdiri di depan kaca menyisir rambut. Untung kejadian ini tak pernah sampai terbuka sampai aku tulis cerita yang aneh dan lucu ini. Soal bagaimana kemesraan Bu Marni dan suaminya selanjutnya, itu bukan urusan saya tetapi yang penting kelezatan liang kewanitaan Bu Marni sudah pernah aku rasakan.

1 komentar: